Indikator Yang Berhubungan Dengan Derajat Kesehatan menurut Teori Hendrik L. Blum

Dalam teori Hendrik L Blum  juga  menyebutkan  12  (dua belas) indikator  yang  berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat, yaitu: 1) Life spam, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat jugadipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua; 2) Disease or infirmity, yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat; 3) Discomfort or ilness, yaitu  keluhan  sakit  dari masyarakat tentang  keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya; 4) Disability or incapacity, yaitu ketidak mampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit; 5) Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat; 6) Health behaviour, yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan; 7) Ecologic behaviour, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumberdaya alam, dan ekosistem; 8) Social behaviour, yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya; 9) Interpersonal relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota   masyarakat terhadap sesamanya; 10) Reserve or positive health, yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dansosial; 11) External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota   masyarakat terhadap lingkungansosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi dan; 12) Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota   masyarakat   terhadap   seluruh   aspek kehidupan dirinya sendiri.

Perbedaan Pendekatan Ilmu Medis moderna dan pendekatan Komplementer

Pendekatan pengobatan Komplementer diterapkan oleh tokoh ilmu kesehatan masyarakat Yunani Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan. Ia cenderung melakukan upaya-upaya mengatasi penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit (preventive health care). Pendekatan preventif bercirikan sebagai berikut: 1) Sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.; 2) Pendekatan preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan dan; 3) Pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik (Notoatmodjo. 2003).

Pendekatan pengobatan medis / ilmu barat dilakukan oleh seorang dokter pertama  yaitu tokoh ilmu kesehatan masyarakat Yunani Asclepius yang disebutkan sebagai seorang dokter pertama bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Asclepius yang mengajarkan pada pengikutnya yang cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial (curative health care). Pendekatan kuratif dicirikan dengan: 1) Secara umum dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. 2) Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit dan; 3) Pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya (Notoatmodjo. 2003).

anda pilih yang mana?
semua adalah pilihan anda sesuai konsekwensinya masing-masing. anda ingin menghilangkan keluhan dengan cepat atau anda mau penyakitnya sembuh dengan sempurna?

Apa itu Pengobatan Usada Bali

Di Bali pengobatan tradisional disebut Usada. Usada berasal dari kata ausadhi (bahasa Sanskerta) yang berarti pengobatan dengan dari bahan-bahan alami. Pelaku sebagai pengobat tradisional Bali disebut Balian atau Usadawan (Nala, 1993).

Menurut Dr. Amarullah H. Siregar (dalam Dharma. 2004) bahwa obat-obatan kimia lebih banyak bertujuan untuk mengobati gejala penyakitnya, tetapi tidak menyembuhkan seumbernya, intinya obat kimia hanya mampu memperbaiki beberapa sistem tubuh. Hal inilah mendasari para penderita penyakit memilih pengobatan dengan obat herbal yang bekerja langsung pada sumbernya dengan memperbaiki keseluruhan sistem tubuh yakni dengan memperbaiki sel-sel, jaringan, dan organ-organ tubuh yang rusak serta dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk berperang melawan penyakit.

Jadi Pengobat tradisional yang dimaksud disini adalah mereka yang melakukan praktek terapi pengobatan tradisional Bali. salah satunya Terapi Komplementer Usada Bali Taru Pramana

Apa itu Penurunan Daya Ingat

Menurut Johnson dalam Christensen dan Kenney (2009), mengatakan pasien adalah klien atau penderita yaitu sistem perilaku (orang) yang terancam atau secara potensial terancam oleh penyakit (ketidakseimbangan). Menurut King (2009) mengatakan, bahwa pasien adalah individu (sistem personal) yang tidak mampu mengatasi peristiwa atau masalah kesehatan ketika berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Leineger (2009) bahwa pasien adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat, atau komunitas dengan kemungkinan kebutuhan fisik, psikologis, atau sosial, di dalam konteks budaya mereka, yang merupakan penerima asuhan keperawatan (dalam Nandra. 2015).

Daya ingat adalah kemampuan mengingat kembali pengalaman yang telah lampau (Depdiknas, 2003 : 240). Penurunan daya ingat menurut Saifudin (2015), terbatasnya daya ingat (index memori) ketidak kemampuan untuk menyimpan informasi (pelupa) sehingga tidak dapat digunakan lagi dimasa yang akan datang.

Jadi menurut penjelasan tersebut diatas bahwa, Penderita penurunan daya ingat yang dimaksud adalah mereka atau pasien yang mengalami masalah terhadap penurunan daya ingat sehingga adanya ketidak mampuan untuk mengingkat kembali secara menyeluruh hal-hal yang telah terjadi sebelumnya.

Atasilah dengan Ramuan Usada Taru Pramana “Memory Plus” sudah tersedia dalam bentuk teh celup dan jamu kering. astungkara sudah diteliti secara ilmiah dan empiris, sungguh ajaib. Astungkara semuanya sangat baik. sumber resep dari Geguritan Sugita Sebudi.  suatu kearipan lokal yang penuh makna bagi masyarakat yang peduli.

Jagalah Otakmu Bila Mau Sehat dan Awet Muda

Otak sebagai penyimpan ingatan perlu nutrisi bersama oksigen untuk tetap hidup. Kita bisa hidup beberapa hari tanpa makanan dan air, tetapi tidak dapat hidup selama 4 menit saja tanpa oxygen. Bahkan sel-sel otak kita akan mati bila dalam waktu 15 detik tanpa adanya oksigen. Setiap sel didalam tubuh manusia membutuhkan oksigen, untuk membelah, untuk bertumbuh dan untuk sel tetap hidup. Oksigen bermanfaat meningkatkan daya ingat dan kecerdasan otak, meningkatkan metabolisme, mengurangi racun dalam darah, menstabilkan tekanan darah, memperkuat jantung dan sistem kekebalan tubuh, mengatasi stress dan gugup, mempercantik kulit dan mengatasi penuaan dini.

Daya ingat (index memory) menurut Saifudin (2015), daya ingat (index memori) adalah suatu aktivitas kognitif dimana manusia menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau (berdasar pada kesan kesan), suatu daya pada jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita. kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa yang akan datang. Mengingat adalah suatu perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui untuk lain waktu dikeluarkan dan digunakan kembali. Fungsi ingatan penting sekali dalam proses belajar. Tanpa ingatan hampir tidak mungkin seseorang mampu mempelajari sesuatu. Ingatan adalah pusat segalanya, tanpa daya ingat kita tidak dapat merefleksikan diri, pemahaman diri dari kesadaran yang berkesinambungan. Tiga tahapan dalam memori: 1) Proses encoding (penyusunan kode); 2) Proses storage (penyimpanan informasi) dan; 3) proces retrieval (proses mengingat kembali). Ada dua jenis ingatan: 1) Ingatan jangka pendek/disadari(aktif) dan; 2) ingatan jangka panjang atau tidak disadari. Ingatan dapat gagal pada salah satu dari tahapan tersebut yang menjadikannya lupa.

Daya Ingat menurun atau pelupa, menurut Dakir (dalam Zakya,dkk. 2013) kelupaan dapat terjadi karena bermacam-macam sebab di antaranya : 1) Karena sakit keras, sehingga otak kita terganggu; 2) Karena kesan yang diterima telah berlangsung pada waktu yang lama; 3) Karena pesan yang diterima tidak menarik perhatian lagi, sehingga ingatan menjadi tidak lagi setia; 4) Karena masuknya tanggapan baru, sehingga tanggapan yang lama terdesak (inhibisi retro aktif) dan ; 5) Karena situasi tertentu.

Menurut Pasha (2010) fungsi daya ingat (index memory) secara kognitif yaitu: 1) Kemampuan otak memilih, menerima, mengelompokkan atau menggolongkan serta menggabungkan berbagai informasi sensoris yang diterima; 2) Fungsi belajar dan fungsi fengingat merupakan kemampuan menyimpan serta memanggil kembali informasi sensoris yang didapat; 3) Fungsi berpikir merupakan kemampuan otak melakukan kontrol pada emosi serta menyusun dan menilai ulang semua informasi yang diperoleh dan; 4) Fungsi ekspresif merupakan kemampuan otak mengekspresikan diri terhadap informasi yang dimiliki. Pada proses belajar dan proses mengingat, seseorang yang menginginkan untuk memanggil kembali informasi sensoris yang diterimanya dimasa lalu harus melalui tiga proses yaitu: 1) Belajar (learning): proses encoding serta pencatatan informasi yang diterima; 2) Proses memanggil kembali ingatan yang telah tersimpan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam otak itulah sistem memori manusia tersimpan, selanjutnya dengan sistem memori yang dimiliknya manusia dapat belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan dan mereproduksi pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi ini.  Jadi kesimpulannya mengatasi penurunan daya ingat merupakan menanggulangi atau mengatasi agar bertahan pada tempatnya (index memory) sebagai alat penyimpanan dari berbagai informasi yang nantinya dapat dipergunakan kembali disaat seorang manusia membutuhkan ingatan tersebut pada suatu waktu.

Hal tersebut mendasari Di Klinik Usada Taru Pramana mengadakan berbagai penelitian untung mengatasi maslah Otak, supaya otak tetap sehat dan awet muda. sekarang telah ada produknya berupa teh celup Memory plus. silakan komsumsi dan buktikan keajaibannya. Usada Bali sangat luar biasa bukan secara emiris namuan secara ilmiah sudah dapat dibuktikan.

Dukungan Pemerintah RI terhadap Pengobatan Tradisional

Peraturan Pemerintah RI No. 72, tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan pengobatan tradisional, dijelaskan tentang Pasal 1 Angka 1, yang dimaksud dengan ramuan obat tradisional sebagai pemgobatan komplementer adalah pengobatan dengan bahan ramuan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Kemenkes. 2013).  Pasal 4 Ayat (1) untuk menumbuh kembangkan produksi sediaan farmasi yang berupa obat tertentu yang dilakukan perorangan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan pengobatan yang secara turun temurun digunakan berdasarkan pengalaman. Sekalipun tidak memerlukan ijin, Menteri Kesehatan melakukan pembinaan yang terarah dan terpadu terhadap produksi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional tertentu yang dilakukan oleh perorangan guna menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi kesehatan, masyarakat. Pengertian perorangan disini termasuk industri rumah tangga. Yang dimaksud dengan sediaan farmasi yang berupa obat tradisional tertentu antara lain usaha jamu gendong dan usaha jamu rumah tangga yang mendukung sediaan ramuan obat komplementer (Kemenkes. 2013: 2; Tjandra. 2015:5). Masalah kesehatan komplementer (tradisional medicine) di Indonesia telah didukung berupa regulasi atau peraturan kesehatan seperti yang telah disebutkan pada pendahuluan diatas.

Hal ini sangat pantas mengingat Indonesia terletak di daerah trofis yang mana terdapat berbagai tanaman obat yang tersebar dari barat sampai ke timur. hal ini juga didukung adanya banyak suku dengan budaya yang beraneka ragam dan kepercayaan holistik sebagai jalan menuju sehat baik fisik, mental dan spiritual. Usada Taru Pramana sebagai pengobatan tradisional berakarkan Usada Bali yang diwarisi oleh nenek moyang kita dan telah terbukti dari berabad-abad lamanya.

Usada Bali Adalah Pengobatan Komplementer

Di Bali sendiri memiliki kearipan lokal pengobatan tradisional Bali berupa Usada. Usada berasal dari kata ausadhi (bahasa Sanskerta) yang berarti pengobatan dengan dari bahan-bahan alami, sering dibalikan menjadi wisada, berarti ubad, tamba atau obat, sedangkan pelaku sebagai pengobat disebut Balian atau Usadawan (Nala, 1993:1 dan dalam Yasa, 2010: 350). Tradisi nyastra di Bali mewariskan sejumlah lontar usada (text dalam lontar yang teksnya membicarakan persoalan kesehatan). Pentingnya memelihara kesehatan ternyata juga diwacanakan dalam tradisi ritual Hindu di Bali. Sarana upacara: banten, bila dikaji dari aspek usada, di situ kita akan menemukan makna kesehatan. Demikian pula dalam doa masyarakat ketika mempersembahkan sesajen dimaksud. Isi doa mereka yang utama adalah mohon karahayuan kepada Tuhan. Karahayuan dalam arti sempit berarti kesehatan.

Jadi terapi komplementer yang dimaksud adalah pengobatan alami dengan pendekatan holistik sebagai jalan menyehimbangkan mind-body-spirit, yang merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan doa-doa, bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, binatang dan bahan mineral alami baik berupa sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Kami ada Karena Anada. kami belajar Usada lebih Jauh karena dukungan anda, pembelian produk atau setiap uang yang anda keluarkan di Usada Taru pramana sebagai tanda anda telah turut serta didalam pelestarian kearipan lokal Usada Bali, khususnya Usada Taru Pramana (tanaman obat Usada) dan pelestaraian lontar usada yang bermanfaat buat masyarakat. ijinkan kami belajar terus meneliti atau mengkaji lebih jauh tentang resep-resep usada yang diwariskan oleh leluhur kita. Doa anada sangat berarti bagi keberadaan Usada Bali.

Difinisi Sehat Menurut Para Pakar Kesehatan

Menurut Qi Manteb Sari (2015), bahwa orang yang sehat walafiat (seger oger) adalah orang yang mempunyai fisik, pikiran dan hati yang sehat dan baik (Wiraga-Wiweka-Wirasa). Sebagai pusat kendali dari keseluruhan tubuh manusia adalah otak. Dalam hal ini otaklah yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingatkan diri agar tetap sehat, menyimpan ingatan untuk sesuatu yang telah lewat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu. Seandainya jantung atau paru-paru berhenti bekerja selama beberapa menit, kita masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh akan mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia(Ratnani 2009).

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (world health organisation) menyebutkan sehat itu dalam keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat.  Sehat suatu keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Hal ini yang mendasari mendukung pengobatan tradisional sebagai primary health care atau perawatan kesehatan yang utama (dalam Tjandra. 2015:7). Pemerintah Indonesia pun berkomitmen untuk mendukung dan melindungi pengobatan komplementer dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah RI No. 72, tahun 1998 pada pasal  57 poin C, melaksanakan penelitian dan pengembangan produksi sediaan farmasi obat tradisional. Pasal  60 poin C, meningkatkan pemanfaatan sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sebagai upaya kesehatan mandiri (Yuliana. 2013:vii). Selanjutnya diterbitkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 disebutkan pengobatan tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan dan bahan mineral sebagai sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pada pasal 47 tentang upaya kesehatan diselenggarakan dalam kuratif dan rehabilitasi yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. (Kemenkes.2013:2). Komitment dan dukungan Pemerintah RI ini sangat sesuai, mengingat potensi bangsa Indonesia dengan sumber daya alam hayati yang berlimpah, lebih-lebih dengan adanya beragam budaya yang dimiliki. Potensi inilah yang mendukung adanya sistem pengobatan tradisional atau komplementer yang sangat diminati oleh masyarakat, dan merupakan salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Di Bali ada beberapa pelayanan terapi pengobatan komplementer yang berkembang, salah satunya adalah Pengobatan komplementer Usada Taru Pramana.  Sistem pengobatan komplementer / holistik yang diterapkan disini dengan 6 (enam) jalan menuju sehat yang disebut  Saddi Usada yaitu dengan jalan Craddha (keyakinan akan kesembuhan), Bhakti (taqua kepada yang diyakini), Yoga (olah fisik), Bratha (diet yang tepat), Tapa (istirahat yang cukup) dan Tamba (obat dari alam). Dalam observasi awal bahwa banyak pasien yang datang mengalami masalah penurunan daya ingat (pikun).

itulah sebabnya sistem pengobatan atau terapi komplementer di Usada Taru Pramana menerapkan Saddi Usada yaitu enam jalan menuju sehat. Kami siap sebagai penyambung atau perpanjangan tangan dari hyang menuntun kami. Anda sehat kamipun senang.

Penyakit Sekala Lan Niskala

Ungkapan oleh Hendrik L Blum tersebut sesuai dengan ilmu kesehatan tradisional Bali (usada),yang menekankan pada perawatan kesehatan sebelum jatuh sakit. Usada Bali diperkirakan berasal dari kitab ayurveda yang dikelompokkan kedalam Kitab Upaveda, termasuk dalam kelompok kitab suci Veda Smerti. Suatu kitab suci berisikan ajaran tentang perawatan kesehatan agar selalu sehat dan awet muda. Orang yang sehat walafiat (seger oger) adalah orang yang sehat fisik, pikiran dan hati (body, mind and spirit). Pengetahuan pengobatan Usada yang dibukukan dalam bentuk lontarlontar Usada. Didalam lontar-lontar tersebut dituliskan berbagai resep obat dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral-mineral dari alam untuk menyembuhkan penyakit, baik itu penyakit di wilayah kepala, badan, maupun di bagian kaki (Nala. 2002). Dalam Lontar Wrehaspati Tatwa (sloka 33) penyakit diistilahkan dengan dukha. Menurut lontar ini terdapat tiga penyebab sakit (Nala, 2006: 93-94) dalam sloka tersebut disebutkan sebagai berikut:

“1) Adhyatmika duhka ngaranyaikang lara sangkeng manah, lwirnya raga, dwesa, moha, urem, bhara, gigil, puru, kuris, wata, pita, slesma, sula, larahatin”,

Artinya:

Adhyatmika dukha adalah sakit yang disebabkan oleh pikiran (kausa mental). antara lain: ambisius, marah, bingung, muram, demam, menggigil, bisul, sakit kulit, masuk angin, sakit kuning, panas, slesma, sakit seperti ditusuk-tusuk, sakit hati;

“2) Adhidaiwika duhka ngaranya ikang ingadap ing gelap, edan, ayan, kawasa graha, saprakaraning duhka dewa, yeka adhidaiwika duhka ngaranya”,

Artinya:

Adhidaiwika duhka yaitu penyakit karena kausa supra natural, contohnya adalah disambar petir, gila, epilepsi, kemasukan roh, pokoknya segala jenis penyakit yang disebabkan oleh dewa disebut adhadaiwika duhka;

“3) Adhbhautika duhka ngaranya pinarang, rinacun, jinarem, keneng upas, kesyan, inabhicari, tineluh, tinuju khala ula lalatang, saprakaraning lara duhka sakeng bhuta, bhuta ngaranika mawak kabeh, yekang adhibhautika duhka ngaranya”,

Artinya:

Adhibhautika duhka yaitu penyakit karena keteledoran diri, contohnya adalah sakit karena diparang, dirancun, ditusuk, kena racun binatang, kemasukan roh jahat, kena ilmu hitam, diteluh, disengat kalejengking, ular, dan jelatang. Pokoknya segala jenis yang disebabkan oleh bhuta disebut adhibhautikaduhka. Bhuta adalah segala yang berwujud (kasar)”.

Adhyatmika dukha adalah sakit yang disebabkan oleh pikiran (kausa mental) yaitu penyakit karena kausa supra natura. Jenis penyakit ini sering tidak bisa dianalisis dengan pikiran sadar, maka harus mengetahuinya dengan mendalami agama Premana (ilmu pengetahuan spiritual), sehingga memiliki daya spiritual (manusia shakti atau taksu). (Nala.2006:93-94).

Disinilah peran Usada Bali Taru Pramana, sebagai konsultan dari masyarakat terhadap keluhan penyakit yang dialaminya, atas ijin leluhur dan Hyang Widhi Wasa, astungkara beberapa langsung bisa disembuhkan. semua iu atas kehendk-Nya. Kami hanya sebagai alat, tetap Penguasa semesta yang menentukannya.

Terapi Usada Bali Yang Holistic

Dalam ilmu kesehatan tradisional timur sesuai dengan pendapatnya  Hendrik L Blum (1974), kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. Menurut H.L Blum bahwa ada 4 (empat) faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu 1) Faktor perilaku atau gaya hidup (life style) yang  merupakan adat atau kebiasaan dari masyarakat dan sehat tidaknya lingkungan; 2) Faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya) berupa fisik seperti sampah, air, udara, perumahan dan sebagainya., berupa prilaku sosial yaitu kebudayaan, pendidikan, ekonomi (interaksi manusia) dan berupa prilaku biologi yaitu hewan, jasad remik, tetumbuhan dan sebagainya; 3) Faktor pelayanan kesehatan yang jenis cakupan dan kualitasnya pada penentuan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, mengatasi pengobatan penyakit, dan perawatan kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor lokasi atau jarak ke tempat pelayanan kesehatan sumber daya manusia, informasi kesesuaian program pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat dan; 4) Faktor genetik (keturunan) yaitu faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Sebagai contoh: penyakit diabetes mellitus, asma, epilepsy, retardasi mental, hipertensi, buta warna dan yang lainnya. Upaya-upaya kesehatan masyarakat dilakukan secara: A) Promotif yaitu usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan, meliputi usaha-usaha untuk peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga teratur dan istirahat cukup sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal; B)  Preventif yaitu usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit meliputi usaha-usaha pemberian imunisasi (bayi, anak). Pemeriksaan kesehatan berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini; C) Kuratif yaitu usaha yang ditujukan kepada orang yang sakit untuk diobati secara tepat dan akurat sehinga kesehatan pulih; D) Rehabilitative yaitu usaha yang ditujukan  terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya, untuk memperbaiki kelemahan fisik mental dan sosial pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya meliputi latihan-latihan terpogram pisioterafi. Pengaruh faktor-faktor tersebut tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itulah upaya kesehatan komplementer juga fokus pada upaya preventif atau mengatasi bukannya curative atau pengobatan (dalam Irma Marisa. 2015).

Disini Terapi Komplementer Usada Taru Pramana berperan serta didalam perawatan dan pencegahan penyakit, dilengkapi dengan produk-produk olahan Usada Taru Pramana dengan bervariasi produk untuk mengatasi berbagai keluhan penyakit termasuk penyakt non medis. semua ramuan yang diproduksi sudah menjalani pemasupatian / pendoaan khusus.

Praktek Geriya Sehat Usada Taru Pramana.

Terapi Meridian Akupunture, Bekam Basah / Kering, Pijat Getar Sirkulasi darah, Check up kesehatan Dasar dengan MRIQ Digital Untuk pencegahan penyakit Dini, Konsultasi Ramuan Herbal Usada. penyakit Sekala Niskala deteksi Praktisi dan Peramu Ramuan Usada: I Nyoman Sridana, S.Kes.H., M.Si.

Buka setiap hari jam 15.00 – 19.00

Alamat: Jl. Tukad Badung XXIII/27 Renon, Denpasar-Bali
Telp./SMS: 085 100 426 261; WA: 08123914438
Email: info@herbaltarupramana.com

0