Taru Lata Usadhi

GUNUNG, HABITAT BERBAGAI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT

Oleh : Dr. I Nyoman Sridana, S. Kes.H, M. Si

Makalah GUNUNG, HABITAT BERBAGAI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT

Dalam ceritra Ramayana dikisahkan bahwa istri Rama, bernama Dewi Sita diculik dan dilarikan oleh Rahwana ke Kerajaan Alengka, India Selatan. Shri Rama dan pengikutnya tidak bisa menerima hal itu. Terjadilah perang antara pasukan Rama dengan Pasukan Rahwana. Pasukan Rahwana dipimpin oleh anaknya Rahwana yang paling sakti bernama Indrajit. Indrajit melepaskan panah Aji Sesirep yang membuat seluruh pasukan Sri Rama, Laksamana bahkan Sri Rama pun tertidur, sehingga dengan mudahnya pasukan Rahwana menghancurkan pasukan Sri Rama. Namun, yang berhasil selamat dari pengaruh Aji sesirep ini hanya Hanoman dan Wibhisana. Wibhisana mengatakan ada satu tanaman obat yang bisa menyembuhkan dan menghidupkan/memulihkan mereka kembali yaitu tanaman Lata Mahosadhi, tanaman tersebut berada di Gunung Himalaya (Gunung Himawan). Belum selesai dijelaskan, karena baktinya Hanoman kepada Sri Rama, dia langsung melesat terbang mencari tanaman tersebut. Nah sesampai di Gunung Himalaya, Hanoman melihat banyak pepohonan/tanaman. Sang Hanoman bingung menentukan tanaman Lata Mahosadhi sehingga Hanoman membesarkan diri dan langsung mengangkat puncak Gunung Himawan tersebut untuk di bawa ke tempat pertempuran dan diserahkan kepada Sang Wibhisana. Tak lama kemudian, Sri Rama berserta pasukannya pulih dan kembali bertempur hingga pasukan Rahwana bisa dikalahkan dan Dewi Sita bias diselamatkan.

Tanaman lata (tanaman yang merambat) di Bali mungkin bagian dari tanaman yang biasa digunakan secara turun-temurun dari jaman dahulu, sebagai tanaman obat atau sekadar tanaman hias, tanaman ini merambat dan tumbuh liar (tanaman hutan), sebagai penghias seiring berkembangnya ide eksterior dan interior pada jamannya, baik di pagar rumah, dinding, maupun kanopi. Tanaman rambat kini tak hanya digunakan untuk dekorasi outdoor, tetapi juga indoor. Bentuknya yang kecil memang sangat cocok untuk hunian mungil. Menurut beberapa sumber, kata “Lata Mahosadhi” terdiri dari dua kata yaitu “Lata” yang artinya tanaman melata dan “Mahosadhi” berasal dari kata Maha-Usadhi yang berarti maha menyembuhkan. Sehingga makna Lata Mahosadhi ini memiliki makna sebuah tanaman yang maha mengobati/menyembuhkan (Alfa Prima 2021 dan Tema LSM.2010)

Ceritra tersebut mengandung filosofi yang luhur terhadap pemahaman akan pentingnya kecintaan alam, termasuk betapa luhurnya nilai tradisi dan budaya. Ketika generasi muda menemukan jalan sejatinya yaitu melangkah dengan mantap dalam swadharma dan didasari rasa bakti pada orang tua, maka akan tercipta Bali yang ajeg, santih lan jagadhita.

Sebagai makhluk citaan Penguasa Semesta, mari kita bersama-sama merenung sejenak tentang hal- hal berikut ini:

A.   Gunung sebagai habitat tanaman berkhasiat obat

Sebagai bahan renungan, mari kita tenggok lebih lanjut, bagaimanakah sesungguhnya gunung sebagai habitat tanaman berkhasiat obat. Hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dengan jenis tumbuhan berlimpah. Di antara tumbuhan tersebut terdapat jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Faktanya, tumbuhan obat yang tumbuh di hutan kurang mendapat perhatian, sehingga pemanfaatan dan pengelolaannya belum maksimal. Terhadap keanekaragaman

tumbuhan obat di hutan, perlu dilakukan eksplorasi untuk mengali informasi tentang cara pengolahan dan pemanfaatannya. Menurut Kusuma (2005), Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat. Dari sekitar 30.000 jenis flora yang tersebar di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 jenis telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut tercatat 283 jenis merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional.

Bali merupakan pulau yang memiliki pegunungan dengan hutan tropisnya membentang dari Barat sampai ke Timur Pulau Bali. Untuk mengetahui informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat di kawasan pegunungan, telah dilakukan penggalian terhadap pengetahuan yang berkembang di masyarakat sekitarnya. Pengumpulan informasi dilakukan dengan survei langsung ke lapangan dengan bantuan masyarakat setempat. Namun, belum diketahui tanaman mana yang dimaksud dengan Lata Mahosadhi. Hasil-hasilnya, memang banyak ditemukan jenis tumbuhan liar (tumbuhan semak-semak) yang biasa digunakan untuk pengobatan oleh masyarakat dipegunungan diantara jenis-jenis:

  1. Lempuyang (Zingiber zerumbet), dalam Lontar Usada Dalem (4b) Lempuyang (Gamongan) dimanfaatkan untuk loloh sebagai obat mengatasi penyakit keluar darah dari vagina, sarana, gamongan kedis (lempuyang yang umbinya kecil-kecil), air susu ibu, temu tis , labu pahit, air cuka, diminum. Pada Lontar Usada Dalem (6a) Lempuyang disebutkan sebagai Obat beser/anyang-anyangan (kencing tanpa mengenal waktu : mimpi basah), lempuyang, 7, iris, merica, 7, butir tambhakan kunyit untuk loloh diminum selagi hangat. Kunyit, madu, takarannya sama, ampasnya dilulurkan di sekitar pusar. Secara ilmiah rimpang Lempuyang mengandung senyawa anti-inflamasi yang dapat mengatasi peradangan, baik akibat infeksi virus atau bakteri maupun dalam proses pemulihan luka. Oleh karena itu, tanaman herba ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala yang muncul akibat peradangan, seperti demam, nyeri, dan pembengkakan di bagian tubuh (alodokter.com).
    1. Alang-alang (Imperata cylindrica) biasanya banyak tumbuh liar di lahan luas. Tanaman ini dianggap gulma. Dalam Lontar Usada Dalem disebutkan untuk mata katarak karena kena rematik, pakai buah samanjahi yang muda, berikut kulitnya, daun alang-alang muda, pulasari bali, digerus. Untuk mata yang selalu ngantuk, berikan merica, rumput teki, bawang lanang, oleskan pada alis (Lontar Usada Dalem 18b). Secara ilmiah kandungan akar alang-alang terdiri dari : zat tannin, fernenol, kampesterol, skopolotin, katekol, asam oksalat, silindrin dll. Khasiatnya : menurunkan tekanan darah tinggi, sebagai piretik (penurun demam dan sebagai diuretik /meluruhkan kencing, mengatasi diare dlsb). Cara penggunaannya / cara membuat ramuannya dengan merebus akar secukupnya dan konsumsi ramuan tersebut secara rutin. (Mursito, B. 2000).
    1. Tumbuhan Awar-Awar (Ficus Septica Burm. L) adalah tanaman obat yang termasuk dalam teks lontar Usada Taru Pramana. Awar-awar daging disebutkan memiliki sifat panes (hangat), daun bersifat dumelada (tidak panas atau dingin), babakan / kulit kambiumnya panes, getah bersifat panes, akah memiliki sifat nyem, dipakai obat (tamba) tuju brahma, kulitnya (babakannya bisa digunakan loloh dicampur madu. Tanaman ini sering ditemukan tumbuh liar bahkan pada kondisi lingkungan yang tidak bersahabat sekali pun. Buahnya bulat kecil-kecil berwarna hijau dan sekilas nampak seperti buah kem. Kandungan zat di dalamnya seperti Alkaloida, tiloforin, septisin, flavonoida, tanin, polifenol, dan antofin. Secara ilmiah, kandungan zat tersebut dapat membantu mengatasi masalah penyakit kulit, akarnya sering digunakan untuk penawar racun ikan. Perasan air dari tumbukan akar awar-awar dan adas pulowaras dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan. Jika ditumbuk dengan segenggam akar alang-alang dan airnya diperas merupakan obat penyebab muntah (penenang pencernaan/ pencahar). Untuk obat bisul

pakai ± 5 gram daun segar awar-awar, ditumbuk sampai halus, kemudian ditempelkan pada bisul dan getah dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-bengkak persendian (minyak oles/ boreh).

  • Tumbuhan semak-semak Edelweiss (Anaphalis javanica) di Bali dikenal dengan sebutan bunga Kasna. Tumbuhan ini bisa tumbuh 700-3600 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara antara 5-25 Celcius, tingginya bisa mencapai 4 meter (gramedia.com), sangat bergantung pada kondisi kelembaban udara lingkungannya. Selain sebagai bunga simbolis yang bernilai tinggi, Edelweiss juga memiliki sejarah dalam penggunaan obat herbal. Bunga Edelweiss diekstraksi untuk digunakan dalam serum anti-penuaan dan perawatan kosmetik untuk mengencangkan kulit. Daun dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai jamu rebusan. Tumbuhan ini lazim ditemukan di beberapa gunung di Indonesia. Bunga ini terkenal memiliki penampilan yang cangat cantik dan kalau mekar dapat bertahan hingga 10 tahun, sehingga mendapat julukan “bunga abadi” karena bunga ini tidak mudah layu atau mati. Menurut sebuah penelitian, ekstrak bunga ini memiliki kandungan antimikroba yang mampu membasmi jamur, bakteri serta memiliki kandungan anti peradangan. Ekstra bunga Edelweiss juga dikenal mampu menyembuhkan batuk, pencegahan terjadinya kanker payudara, difteri serta TBC. Kelopak bunganya berwarna putih dengan tekstur yang lembut, dengan bagian kepala bunga berwarna kuning. Edelweiss dijenal sebagai bunga lambang keabadian (everlasting flower) karena memang dapat bertahan lama dan tidak layu dalam waktu tertentu bagaikan sifat-sifat Dewi Sinta sebagai sosok yang lemah lembut dan memiliki sifat yang sangat setia dan juga suci trilaksita (suci ucapan, pikiran, dan hatinya). Dalam Rukmini Tatwa tertulis bagaimana wanita Bali menjaga dan meningkatkan kecantikan dari dalam dan luar sekaligus, agar disayangi suami/istri.

Banyak lagi tumbuhan lainnya yang kita bisa temukan didalam gunung. Hal ini menjadikan Kesegaran udara pegunungan di Bali menyejukkan hati pengunjung sehingga mampu menghilangkan rasa penat akibat rutinitas harian. Vibrasi alam di sekitar hutan Bali misalnya, juga bisa membuat suasana hati penunjung merasa plong, segar bugar. Twrlebih lagi dengan adanya tempat permandian, penglukatan / pesiraman pertemuan dua mata air (Campuan) yang dipercaya mampu memberikan vibrasi kedamaian, kerukunan dan kesejukan batin bersama keluarga. Suasana segar Bali didukung dengan keindahan alam hutan dengan lembah alami, ditambahkan dengan keramahtamahan penduduk Bali mampu membuat hati para pengunjung merasa nyaman. Sementara itu, aktivitas penduduk Bali (para megiat Yoga dan meditasi) yang membangkitkan pusat-pusat energi internal (cakra-cakra) dan kundalini sehingga membangkitkan taksu dari dalam diri sehingga bagi para wanita akan terlihat tampil cantik / anggun alami. Bahan ramuan yang membuat kebugaran ala Bali dapat berupa bahan ramuan boreh, lulur, aromaterapi, loloh dan lainnya yang jaman dahulu disedikan oleh alam/hutan. Menurut pemakalah  kata Lata Mahosadhi ini memberikan makna bahwa kemujaraban pusat sumber Usadha dalam beragam tumbuhan dapat menghilangkan kesusahan dan Kependatan (kejenuhan) / mahamengobati/menyembuhkan bagi sang penghuni semesta ini.

B.        Hambatan masyarakat untuk mengetahui manfaat obat dari tanaman

Usada bagi umat Hindu di Bali adalah ilmu pengetahuan pengobatan tradisional yang turun- temurun dan menjadi kearifan lokal yang memiliki sejarah sangat panjang. Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional hasil tradisi para tetua Bali yang dalam pustaka Hindu disebut Atharvaveda. Dalam pengobatan tradisional Bali, Pustaka Ayurveda juga dikenal dengan istilah Lontar Usada atau Kitab Usada. Masyarakat Bali sebagai pewaris Usada Bali bersyukur memiliki pengetahuan lokal warisan tetua Bali yang masih dipelihara secara turun-temurun. Hal itu terbukti dengan ditemukannya khazanah usada sebagai kekayaan dalam bidang kesehatan dengan berbagai sistem pengobatan berbagai penyakit. Dukungan masyarakat terhadap kekayaan pengetahuan lokal itu juga ditandai dengan tersimpannya kekayaan budaya ini di rumah pelestari budaya, pedanda/griya, puri-puri, dan beberapa lembaga. Para pelestari usada juga masih memegang tradisi dalam menjaga warisan budaya nenek moyang mereka. Karena itulah, untuk membuka lontar usada biasanya disertasi dengan upacara

buka lontar. Sikap masyarakat yang sangat setia memelihara kekayaan usada menyebabkan keramagan usada dapat bertahan sampai saat ini. Di antara jenis usada Bali, ada usada untuk penyakit jiwa, penyakit lepra, dan penyakit jika orang terkena black magic. Sistem pengobatan penyakit itu menggunakan beragam ramuan dari unsur alam seperti air, tumbuh-tumbuhan (herbal), dan binatang. Di samping itu, dalam pengobatan itu terdapat juga sistem kepercayaan dan cara yang disampaikan dalam pengobatan sesuai dengan naskah usada Bali.

Memasuki abad modern, perkembangan pengobatan tradisional mulai menurun, terutama seiring majunya ilmu kedokteran dan ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang mendukung ilmu kedokteran (pengobatan modern Barat), masyarakat mulai beralih dari pergi ke dukun (balian) lalu berobat ke dokter atau ke Puskesmas. Dengan demikian, para pengusada tradisional menjadi kurang berfungsi dan fenomena ini dikhawatirkan lama-kelamaan ilmu usada menjadi terlupakan. Namun, ketika pemakaian obat-obat modern mulai menimbulkan masalah karena tingginya kandungan bahan kimia dan orang sadar akan bahaya obat modern, orang-orang mulai kembali ke obat-obatan tradisional. Dengan begitu, obat-obat tradisional bangkit kembali dari jalannya yang semula tertatih-tatih.

Awalnya, dirasakan betapa langkanya bahan ramuan tradisional karena kurangnya budidaya tanaman obat. Seiring dengan itu, secara perlahan-lahan kemudian, muncullah rumah-rumah pengobat tradisional (klinik pengobatan tradicional/griya sehat, Welness tourism dls) terutama para pengobat tradisional berasal dari keturunan (keluarga) Balian. Fenomena ini terjadi karena panggilan niskala atau karena sekadar hobby membantu masyarakat di bidang kesehatan.

Fakta yang ada saat ini adalah belum memadainya alat, sarana/prasarana laboratorium usada untuk menguji dan melakukan kajian ilmiah sehingga memenuhi legalitas sebagai ramuan yang harus memenuhi stándar sesuai dengan aturan pemerintah (uji lab untuk mengetahui sifat toksik, walaupun sudah biasa digunakan secara turun-temurun, mencantumkan sertifikasi halal, memiliki ijin edar dan iklan dls). Secara tak langsung, persyaratan itu turut memperlambat perkembangan pengobatan tradisional selain dikarenakan langkanya bahan ramuan obat akibat lama tidak ada yang mengembangkan lebih lanjut. Kendati pun ada, namun ketersediaannya masih terbatas karena kelangkaan bahan/tumbuhan tersebut. Pemerintah diharapkan bisa membantu mencarikan solusi lebih lanjut demi keberlangsungan keberadaan (eksistensi) pengobatan Usada warisan leluhur.

C.    Solusi mengatasi kesenjangan hubungan manusia dan gunung sebagai sumber obat

Terinspirasi oleh pemikiran kembali ke alam (back to nature) dan sadar pada kearifan lokal warisan nenek moyang, masyarakat kembali menengok pengetahuan tradisional yang menjadi kekayaan secara turun-temurun seiring dengan semangat masyarakat Bali memelihara kearifan lokal usada-nya hingga kini. Berkaitan dengan hal itu, untuk menggali konsep masyarakat Bali tentang kesehatan tradisional, permasalahan yang menarik untuk dibahas adalah pengetahuan pengobatan seperti apa saja yang ada dalam usada sebagai ramuan yang berfungsi untuk pengobatan dan bagaimana pengobatan itu dilakukan seperti yang terungkap dalam naskah usada Bali.

Sejumlah Pratisi Usada (Pengobat Tradisional) membutuhkan informasi lebih lanjut dan berharap mendapat pembinaan dari pihak-pihak tertentu untuk bisa mengikuti perkembangan sebagaimana pengobatan modern. Para pengusada tradisional berharap ada lembaga/universitas sebagai wadah/tempat belajar bagi para penggemar/praktisi pengobatan tradisional agar tradisi usada ini mampu berkelanjutan. Para pengusada juga berkeinginan ikut berperan secara profesional dalam bidang pelayanan kesehatan.

Pemerintah diharapkan memperhatikan Asosiasi Battra sehingga ikut berpartisipasi membantu Kementerian Kesehatan dalam pembinaan pengobatan tradisional di Indonesia dan pemerintah diharapkan mengevaluasi kemitraan asosiasi Battra. Sesuai dengan data di Kemenkes RI, di Indonesia sampai saat ini telah ada asosiasi pengobat tradisional (Battra ) sebagai berikut :

  1. Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
  2. Gotra Pengusada Bali
  3. Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
  4. Perhimpunan Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo)
  5. Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
  6. Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra Indonesia (Pertapi)
  7. Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I)
  8. Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
  9. Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
  10. Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
  11. Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
  12. Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI)
  13. Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
  14. Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
  15. Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.

Selain itu, untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian Kesehatan juga bekerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI, Kejaksaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terutama untuk pengawasan Pengobat Tradisional Asing yang datang ke Indonesia.

Daftar Pustaka

Allodokter.com. Ketahui Lebih Jauh Manfaat Lempuyang (Zingiber zerumbet) untuk Kesehatan. Dibaca

4 juli 2023 pada situs online https://www.alodokter.com/ketahui-lebih-jauh-manfaat- lempuyang-untuk-kesehatan

Kusuma, F & Zaky, B. M. 2005. Tumbuhan obat liar berkasihat obat. cetakan I. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Kemenkes RI. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/110114-mengenal-pelayanan-kesehatan- tradisional-di-indonesia

Mursito, B.2000. RamuanTradisionaluntuk KesehatanAnak.Jakarta: Penebar Swadaya Tema Alfa Prima 2021 “Lata Mahosdhi” online pada link https://wisuda2021.alfaprima.id/).

Tema LSM.2010. tema Lata Mahosadhi situs onlione pada link https://latamahosadhi.wordpress.com/

0