Bentuk-bentuk olahan obat Taru Pramana

BENTUK-BENTUK OLAHAN  OBAT  TARU PREMANA

JENIS-JENIS OLAHAN OBAT TARU PREMANA

Dalam pengolahan bahan obat Taru Peremana, para Usadawan / Balin meramunya dengan berbagai bentuk / olahan. Olahan-olahan yang umum berlaku dimasyarakat untuk mempermudah pemakaiannya sebagai berikut:

  1. Tutuh atau pepeh

Berbentuk cairan sari pati, pengolahannya: segala ramuan diambil sari patinya, dengan memeras bahan-bahanya, jika bahan keras digiling. Campur sedikit dengan air, remas-remas diperas dan disaring. Juga mungkin berupa minyak hasil gorengan bahan, tergantung petunjuk pengobatan. Cara pemakaiannya: diteteskan pada telinga atau hidung atau keduanya (Sutara dan Kriswiyanti, 2007).

  1. Boreh

Boreh dapat disamakan dengan parem, berbentuk serbuk halus, dalam penggunaannya dicampur dengan cairan (air, cuka, arak atau alcohol/ditentukan). Cara membuat adalah bahan-bahan dihaluskan tidak perlu diperas kemudian dicampur dengan cairannya. Aturan pemakaiannya: selesai diolah langsung diparemkan pada anggota badan, tidak dibagian perut. Kadang sebelum digunakan didadah atau dipanaskan terlebih dahulu (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

  1. Loloh

Cairan sari pati yang lebih pekat, cara pengolahannya: kecuali bahan lain terlebih dahulu digiling tidak perlu sampai halus, diremas-remas kemudian diperas serta disaring. Campur dengan cairan yang telah ditentukan kemudian ditambahkan sedikit garam, siap diminum tapi bila perlu diminum hangat harus didadah atau sekeb. Cara lain untuk mengahangatkan adalah bahan yang telah digiling ditim (bungkus dengan daun pisang dan dikukus) terus ditambuh. Pemakaiannya dengan cara diminum (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

  1. Uap atau urap

Bentuk hampir sama dengan boreh, cara membuat seperti tutuh dan boreh. Aturan pemakaiaan: dengan menggunakan tangan urapkan pada kulit bagian badan yang dirasa sakit (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

  1. Ses atau cairan pembersih luka.

Berupa cairan sebagai pencegah infeksi, cara membuat bahan direbus dalam air kemudian setelah mendidih didinginkan lebih dulu baru digunakan dengan cara menyiram bagian luka (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

  1. Oles

Bentuk dan cara pengolahannya sama dengan urap atau lumur, tapi saat menggunakan dengan memakai alat berupa lidi atau bulu ayam (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

  1. Obat sembur (Simbuh) Bahan ramuan dikunyah setelah lumat langsung disemburkan pada bagian yang sakit (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
  2. Obat tampel atau tempel (jika diubun-ubun disebut pupuk) Bentuk dan pengolahan seperti boreh tapi lebih padat dan cara pemakaian dengan ditempelkan kebagian yang sakit, biasanya dipusat nadi (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
  3. TARU PREMANA

Tumbuh-tumbuha itu tumbuh di berbagai wilayah negara dengan nama dan jenis yang berbeda-beda. Tumbuh-tumbuhan atau flora itu memiliki makna tersendiri untuk mengabdikan dirinya pada kehidupan di dunia ini, baik kepada manusia maupun hewan. Ada tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan makanan bagi manusia, ada juga menjadi bahan obat-obatan untuk menolong manusia mengobati penyakitnya.

Jadi demikian besar jasa pengabdian flora tersebut pada kehidupan umat manusia di kolong langit ini. Oleh karena itu sudah sangat patut umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Bubuh untuk memuja Dewa Sengkara sebagai manifestasi Tuhan yang menciptakan serta memelihara tumbuh-tumbuhan. Seperti pada bulan maret 2013 jatuh pada tanggal 2 sehingga penulis terketuk untuk mempelajari dan menuliskannya lebih rinci.

Di Bali sendiri umat Hindu banyak juga mengenal tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit dengan dampak samping yang sangat minim. Misalnya seperti disebutkan dalam Lontar Usada Taru Premana. Lontar ini salah satu satu sumber pustaka yang utama untuk mempelajari tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai bahan obat-obatan. Dalam Lontar Usada Taru Premana ini disebutkan tumbuh-tumbuhan itu dapat berbicara pada Mpu Kuturan. (Nawa usada Bali, 2009)

Taru Premana sesungguhnya nama seorang dukun (balian) mengobati. Menurut balian Taru Premana tumbuh-tumbuhan obat-obatan memiliki tiga khasiat. Ada yang berkhasiat anget, tis dan dumalada. Artinya hangat, sejuk dan sedang-sedang saja. Tumbuhan yang bunganya berwarna putih, kuning dan hijau mempunyai khasiat anget, sedangkan yang berbunga merah dan biru termasuk golongan yang berhasiat tis. Yang bunganya beraneka warna tergolong yang dumelada. Kalau ditinjau dari rasanya tumbuhan yang rasanya manis dan asam tergolong berkhasiat panas. Yang rasanya pahit atau pedas dan sepat termasuk berkhasiat tis.

  1. SEJARAH TARU PRAMANA

Dahulu ada seorang Empu bernama “Empu kuturan”. Beliau seorang dukun Sidi Wakia, selalu dingi tangan jika beliau mengobati orang sakit. Beberapa hari beliau dapat mengobati serta menyembuhkan segala penyakit. Beliau belum pernah gagal selama menangani orang sakit dan selalu berhasil walaupun dalam keadaan sakit parah.

Suatu hari entah apa penyebabnya beliau menjadi sangat kecewa setiap pasien yang diobatinya kebanyakan menemukan ajalnya. Pada saat itu beliau “Erang” menanggung rasa malu yang tak terhingga, kemudian timbul niat beliau untuk bersemedi dan tak lama kemudian beliau mendengar ada suara “Sabda” di awing-awang atau ambara.

Terdengarlah Sabda dari Betari Khayangan.

Setelah mendengar Sabda tersebut akhirnya Empu Kuturan pun mengetahui nama pepohonan sebagai obat. Selanjutnya pohon itu datang satu demi satu untuk menyatakan kegunaan masing – masing. Bagaimanakah cara untuk menyatakan diri mereka sebagai obat adalah sebagai berikut :

Pertama – tama datanglah pohon “ Kepuh “ lalu bertanya, “mengapa Prabu Empu murung seperti kesusahan? dan kalau boleh hamba tahu kenapa pula Prabu Empu Kuturan berada di kuburan ?”

“Hai pohon kepuh mungkin engkau sudah tahu mengapa aku berada disini. Aku kecewa karena gagal sebagai dukun, Untuk itulah aku kemari,” demikian jawab Empu Kuturan.

“Ratu Sang Prabu, jika demikian, ini adik-adik hamba yang datang dipergunakan sebagai obat, namun hamba minta maaf karena tidak bisa dipakai obat. Tetapi adik saya pohon Kepah bisa. “ jawab pohon kepuh.

  1. Saya bernama pohon “Lata”, kulit (babakan) saya sedang (dumellade). Saya dapat dipergunakan untuk obat sakit uyang (gelisah). Ambil kulit saya sebagai wedak lulur (boreh) untuk seluruh badan.
  2. Saya bernama pohon “Kepopoh”, wasiat saya panas, sedangkan kulit (babakan) saya sedang (dumelade) dan daun saya panas. Akar saya sejuk (tis) saya bisa dipakai untuk uap (boreh) untuk perut orang yang sedang hamil. Pakailah kulit (babakan) saya diisi dengan campuran pulasari dan bawang putih (allium sativum) dua siung. (Suryadarma, 2011)

Mpu Kuturan bersama punggung tiwas mendapatkan panugrahan dari Bhatara di Sad Kahyangan untuk dapat menolong orang sakit dengan mengenali tumbuh-tumbuhan tersebut. Namun menurut Usada Yeh airlah merupakan obat paling utama untuk menghilangkan penyait asalkan disertai puja mantram tertentu. Karena itu cara pengobatan dengan Usada Taru Premana dan Usada Yeh yang digabung muncullah obat loloh, boreh dengan urap, simbuh, kompres (usug) dengan air hangat dan lain-lain.

Beberapa jenis tanaman yang terdapat dalam lontar taru premana sebagai berikut:

1 Ampel gading 55 Kedongdong 109 Poh gedang
2 Amplas 56 Kekara manis 110 Poh weni
3 Ancak 57 Keladi 111 Pucuk
4 Awar-awar 58 Keladi goak 112 Pulc
5 Awar-awar brahma 59 Kelor 113 Pulc sai
6 Basa basa 60 Kembang kuning 114 Pulet
7 Base / sirih 61 Kenarak 115 Puring
8 Buyung-buyung 62 Kenari 116 Raso
9 Bawang brahma 63 Kepah 117 Sambung tulang
10 Bawang-bawang 64 Kepah hai 118 Samblung
11 Belatung gada 65 Kepasilan jeruk 119 Sekapa
12 Bila 66 Kepel 120 Sempol
13 Bingin 67 Kepuh 121 Sembung
14 Beligo 68 Kepundung 122 Sentul
15 Belimbing manis 69 Kesawi bang 123 Silikaya
16 Belimbing besi 70 Kesimukan 124 Silikaya jawa
17 Bunut bulu 71 Ketimun gantung 125 Sotong / jambu biji
18 Cemara 72 Ketimun uku 126 Sumaga
19 Cenana 73 Kelampuak 127 Sumanggi
20 Cepaka kuning 74 Kerasi 128 Suren
21 Cenangga 75 Keroya 129 Tabia bun / dakep
22 Cerancang kawat 76 Kaselegui 130 Tangi
23 Cereme 77 Kuanta 131 Tunjung
24 Dagdag 78 Kutuh 132 Tapis tapis
25 Damuh damuh 79 Lambon kutuh 133 Taru api
26 Dapdap 80 Lili gundi 134 Taru bang
27 Delima 81 Lili gundi kebo 135 Taru buwok
28 Gading kasturi 82 Limawa / mawa 136 Taru buhu
29 Galing galing 83 Limo / lemo 137 Taru mas
30 Gamongan 84 Majeggawu 138 Taru manis
31 Gatep 85 Manas / nenas 139 Taru merak
32 Gedang 86 Nenas bang 140 Taru musi
33 Gendola 87 Manggis 141 Taru pala
34 Ikuh lutung 88 Miana / Iler 142 Taru pulir
35 Ingan – ingan 89 Mica 143 Taru sikep
36 Jali 90 Munggi 144 Taru suri
37 Jarak 91 Nangka 145 Taru terrong
38 Jempiring 92 Nyuh gading 146 Taru udak
39 Jepun 93 Pahang 147 Tebu malem
40 Jeruju 94 Padi padi 148 Teep
41 Juet 95 Pakel 149 Teleng
42 Kaleasih 96 Paya 150 Teter
43 Kalenco 97 Paku jukut 151 Tigaron
44 Kalean 98 Paku lelipi 152 Tihih
45 Kaliki kita 99 Palit sedengan 153 Tilap
46 Kaliyombo 100 Pancar sona 154 Tinga tinga
47 Kamurugan 101 Pangi 155 Tingkih / kemiri
48 Kangkang yuyu 102 Papcron 156 Tingulun
49 Kapas 103 Pengeng-pengeng 157 Tuhung
50 Kapasan 104 Penyisih 158 Uduh
51 Kapohpoh 105 Pepe 159 Wuut wuhut
52 Kasa kasa 106 Piling 160 Uyah uyah
53 Kasegsegan 107 Pas pasan 161 Wani
54 Kecubung 108 Poh amplem

Sumber:  I GP Suryadarma, Prospek Pengobatan Usada Taru Premana, Fakultas Usada, Universitas Hindu Indonesia, Widya Dharma. Denpasar  2011

 

PT. VISIONBALI

© 2024 Herbal Taru Pramana | Produk Herbal & Pengobatan Usada Bali