Swadharma manusia adalah bekerja sebagai kewajiban

Swadharma adalah suatu kewajiban sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan 

Apa yang diungkapkan dalam buku berjudul KERJA DAN SWADHARMA  (Teks Adisastra Hindu) karangan Prof. Dr. Ida Bagus Gede Yudha Triguna, MS. Drs. I Wayan Suka yasa, M.Si dan Dra. Ni Made Surawati, M.Si, Bahwa dharma kanda yang sumbernya dari Bhagawadgita, Sarasamuscaya dan sumber-sumber kitab lainnya. Peresensi dapat memahami pemikiran penulis pada bagian I tentang Karma-Kanda sebagai berikut:
1.        Qualitas kehidupan seseorang ditentukan oleh qualitas keyakinannya dalam aktivitas hidupnya. Disebutkan bahwa landasan yang mewarnai pikirannya, wacananya dan prilakunya sangat ditentukan oleh keyakinannya.
2.        Karakter dan watak seseorang akan dibentuk dan ditentukan oleh tindakannya. Contoh orang serakah tentu tidak akan pernah terpuaskan, bila keinginannya itu tidak dapat terpenuhi, maka akan timbul kekecewaan dan kemarahan, kita bisa mengamati dari kenyataan yang ada dari tingkah laku dan tindakannya.
3.        Dalam hidup ini betapa pentingnya mengendalikan diri dan memahami sifat Triguna,  serta kemampuan memilah-milah tindakan tersebut mengarah ke sifat satwam agar terbentuknya kebahagiaan dalam bekerja,  sifat nafsu yang tidak terkendali lahirlah loba dan marah, dari ketiga ini yang membuka gerbang neraka. Ciri-ciri manusia yang telah mampu mengendalikan diri antara lain: a. tidak lagi membeda-bedakan realitas dan sifat-sifatnya kedalam nama rupa, b. Tidak membenci kecemerlangan kegiatan, c. Memahami hanya guna yang berbuat, d. kesehimbang terhadap suka dan duka, e. Percaya pada diri sendiri, f. Melihat sama suatu benda yang berharga atupun tidak berharga, g. Teguh terhadap pendirian baik berupa cacian maupun pujian.  Disini dominan bersifat netral, teguh hati dan tidak mengikat diri.
4.        Didalam bagian I dari buku ini, ditekankan pula bahwa kita bekerja sebagai dharma bhakti, bekerja yang bertanggungjawab bukan pada pahala kerja, mengingat hasil kerja itu, baik diharapkan maupun tidak selalu diterima oleh pelaku (kini ataupun nanti).
5.        Ditegaskan menjadi bahagia itu harus bisa menjadi majikan atas kerja diri sendiri yaitu bekerja berdasarkan welas-asih, dan tidak mengutamakan diri sendiri, sehingga rasa bahagia akan muncul dengan sendirinya.  Ia yang bekerja dengan tekun tidak merasa bekerja dalam bekerja, bekerja adalah kewajiban tanpa tanpa ada tujuan mementingkan diri sendiri. Peristiwa yang ada disini sekarang karena akibat perbuatan dari masa lalu dan sekaligus menjadi sebab dari kelahiran yang akan dating, dimana ada sebab disitu pasti ada akibatnya.
6.        Dalam bagian ini juga disebutkan bahwa untuk melanjutkan hidup harus bertindak dan berbuat karena tanpanya adalah kematian, tanpa bekerja tidak akan bisa mencapai kebebasan dan kesempurnaan.
7.        Karma kanda adalah jalan kerja, merupakan jalannya sebab akibat dari suatu karma, jadi bekerja adalah kewajiban dan merupakan Yadnya, bekerja dengan penuh tanggung jabwab kepada Tuhan tanpa pamerih duniawi, sehingga bisa merasakan rasa bebas dan melakukan pekerjaan dengan ikhlas oleh karena itu fungsinya sama dengan yoga.

Kesimpulan dari penulis adalah: menjalani hidup dalam kehidupan ini dengan bijaksana, yang menjadikan sari dari uraian tersebut. Orang bijaksana adalah orang yang ingat akan kebenaran;  Tahu akan akibat lautan kehidupan; tahu akan cara menyebrangi laut kehidupan; tanpa dilekati oleh perasaan suka dan duka; tidak pamerih; tanpa rasa takut; tenang dan kuat iman; dan bersih ingatannya (berpikiran positif).

Cara bekerja yang dianjurkan adalah melaksanakan kerja sebagai kewajiban dan tanpa terikat pada hasilnya, bekerja sedemikian rupa dengan berkosentrasi pada cara melakukan kerja atas nama Tuhan. Jadi seseorang tidak boleh setengah-setengah melakukan kewajiban tetapi harus benar-benar tekun didalam pekerjaan itu. Kewajiban adalah suadharma, dan dengan menemukan kewajiban sendiri yang terletak dibagain hidup kita. Tiap-tiap orang harus mengerti bakat kelahirannya, dan setiap orang mempunyai bakat berbeda.  Setiap indipidu menjadi pahlawan didalam bidangnya masing-masing, baik kecil maupun besar.  Kebaikan terletak pada kesempurnaan kwalitas kerja. Kerja adalah puja yang dapat dipersembahkan kepada Kekutan Besar (Tuhan),  Dan juga sebagai intinya bahwa orang bodoh bekerja terikat akan hasilnya maka jiwa yang terbelenggu dan orang bijaksana bekerja tanpa rasa keterikatan. Orang bijaksana bekerja sebagai kesejahteraan masyarakat maka dia akan mencapai kedamaian. Bila dilihat pada kehidupan zaman Kali Yoga ini, memang sangat sulit melakukan inti dari akikat kerja dan swadharma ini tetapi paling tidak kita bisa memilah-milah bekerja untuk kebutuhan badan pisik atau bekerja untuk kepentingan jiwa itu sendiri.
Inti lain yang dikutif dari kitab bhagawadgita  bahwa kalau Tuhan tidak bekerja maka alam semesta ini beserta isinya akan hancur lebur, demikian juga manusia harus melakukan sesuatu untuk berkarma mengisi hidup mengolah alam, berusaha mencari makanan.  Bekerja adalah tugas alami, mengindari kerja akan menyebabkan tidak mencapai kesempurnaan.  Jadi sebagai kesimpulan akhir pada bab II ini adalah bekerja dengan tekun tanpa terikat akan hasil kerja, maka kedamaian abadi akan tercapai. Sebaliknya kalau dikendalikan oleh ambisi untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih besar, maka jiwa akan terbelenggu, terasa seperti peresensi rasakan pada kehidupan saat ini.
isi Kitab Sarasamuscaya dari Bab I sampai Bab XXVIII. Pada intinya peresensi dapat menangkap isi dari bab ini,  yang menyebutkan bahwa dapat menjelma menjadi manusia adalah rahmat yang sangat mulya. Oleh karna itu orang patut bersyukur karena hanya dengan menjadi manusia saja mahluk dapat meruat dosa-dosanya, akibat berbuat buruk di masa lalu dengan cara memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk berbuat baik. Berbuat berdasarkan dharma untuk mendapatkan harta dan menikmati duniawi.
Pada umumnya yang menjadikan dirinya terpuji, orang yang waras adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan badanya, pertumbuhan tubuhnya, disesuaikan dengan umurnya, harta yang dimiliki, adat istiadat dimana ia hidup. Disamping menghibur dan menolong orang yang susah serta menjalankan ajaran agama.   Dan penting juga digaris bawahi di bab ini adalah pentingnya memilih pergaulan yang akan membentuk manusia, bila memilih pergaulan dengan orang guru-guru rohani (Sang Sadhu) maka akan cendrung menjadikan dirinya hidup bersepiritual, bigu pula sebaliknya apabila memilih pergaulan dengan orang bodoh jahat maka akan cendrung menjadi bodoh dan jahat juga. Orang-orang yang bergaul dengan sadhu maka akan menjadikan dirinya ketularan kearifan dan kepandaian serta cendrung akan : tidak sombong, tidak kecil hati, tidak terpengaruh oleh rasa marah, tidak berkata-kata kasar, teguh imannya, tidak memikirkan kesalahan orang lain, merendahkan diri sendiri dan cendrung bersifat suci.

Semoga bermanfaat

I Nyoman sridana, S.Kes.H

0