Boreh Bali, Usada Taru Pramana

Boreh adalah perawatan tubuh yang aslinya berasal dari Bali. Bagi sebagian orang mungkin masih terdengar asing atau tak memiliki bayangan seperti apa wujud asli dari Boreh.  Istilah boreh sendiri sebenarnya mengacu pada ramuan herbal rempah-rempah berupa bedak basah yang digunakan untuk melulur atau masker dengan dioleskan atau meboreh, membiarkannya menjadi kering kemudian mengurutnya untuk membersihkan lapiran boreh yang telah mengering tersebut.

Bila badan tak enak, terasa ngilu dan pegal, ditambah bersin-bersin, tidak harus minum obat. Dalam tradisi pengobatan Bali, yang disebut Usada Bali, dikenal boreh untuk dibalurkan di badan yang terasa nyeri atau ngilu (dalam bahasa Bali, maboreh ring angga ni ngilu). Dalam Bahasa Bali, boreh berasal dari kata ‘maboreh’ yang berarti ‘melulurkan’. Ritualnya, sebelum dilulur, tubuh dipijat dengan sedikit minyak tandusan (minyak kelapa yang diproses secara traditional)  agar peredaran darah dan saluran getah bening lancar. Meskipun ragu sejak kapan persisnya, penulis sendiri yakin bahwa masyarakat Bali mengenal boreh sudah sejak zaman kerajaan. Hanya penyebarannya masih melalui pinutur lisan atau melalui para Balian (Usadawan Bali), terbukti ada dibukukan, berupa buku atau Lontar-lontar Pengobatan Usada seperti Kitab Taru Pramana, Lontar Usada Netra, Lontar Budha kecapi dan lontar-lontar pengobatan lainnya  yang berisi khasiat tumbuhan obat.

Ada ratusan jenis boreh dengan berbagai bahan berbeda, tergantung jenis penyakitnya. Di Bali, secara umum penyakit dibagi tiga, yang disebabkan ‘panas’ (kebus), yang disebabkan ‘dingin’ (nyem), dan yang disebabkan ‘panas dingin’ (sebbaa) Menurut Doktor Ngurah Nala ((1994:33). Di luar itu, dibedakan juga penyakit karena sekala (nyata) atau niskala (maya) yang berkaitan dengan ilmu hitam. Menurut Doktor Ngurah Nala ((1994:34) bahwa dalam bukunya Usada Bali disebutkan sebagian besar penyakit berpusat pada kepala (otak) dan perut. Maka boreh dibalurkan di bagian tubuh yang sakit atau nyeri yang pada umumnya di perut, dahi, kaki, wajah, dan ubun-ubun. Bahannya hampir semuanya adalah tanaman obat yang mudah ditemui.

Boreh juga digunakan sebagai pengobatan luar yang telah diwariskan selama berabad abad, dan dipercaya dapat menyembuhkan encok, rematik dan demam. Untuk pemakaian secara teratur.  Menghangatkan badan adalah pilihan tepat ketika flu menyerang atau kala Anda sedang tak enak badan. Cuaca yang buruk ketika musim penghujan memungkinkan turunnya kondisi fisik dan suhu badan. Untuk itu, jaga kehangatan badan Anda. Caranya dengan lulur tradisional bisa dicoba kini mulai digandrungi di pusat-pusat kecantikan. Lulur tersebut terdiri dari ramuan-ramuan tradisional yang memiliki keistimewaan yang tidak kalah hebat dengan produk-produk mahal dari luar negeri.

Menurut cara tradisional Bali, Boreh terbuat dari rempah-rempah alami Indonesia yang memiliki efek menghangatkan ketika digunakan pada tubuh. Boreh bermanfaat untuk  memiliki efek menghangatkan tubuh, menyembuhkan peradangan, memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa saki, memberi keseimbangan suhu tubuh saat dibutuhkan, dapat memperlancar peredaran darah, menyembuhkan otot yang kaku, pegal-pegal , membantu tubuh mengeluarkan racun, melembutkan kulit dan mempercepat proses pengangkatan kotoran dan membuat kulit senantiasa lembab secara alami.   Boreh adalah sarana penyembuhan yang dibuat oleh petani padi Bali, terbuat dari kombinasi akar, bumbu dan rempah-rempah. Banyak tumbuh-tumbuhan yang berbeda dan rempah-rempah digabungkan untuk membuat Boreh ini, termasuk beras, jahe, kencur, kunyit, cengkeh, kapulaga, kayu manis, ketumbar, pala, adas bintang, kelapa parut dan garam, temulawak, mesoi, merica hitam, beras merah, beras putih, atau bahan lain. Kini boreh dan pijat tradisional Bali tidak hanya marak di spa-spa besar namun juga terdapat di spa kecil di sekitar Pulau Dewata (Pulau Bali). Perawatan itu sangat digemari oleh masyarakat lokal selain wisatawan asing yang berlibur ke Bali. Anda dapat menemukan perawatan eksotis ini di berbagai pusat spa di daerah Seminyak, serta di tempat-tempat spa lain di seluruh wilayah Bali.

Yang paling sederhana yang di Bali dikenal dengan boreh beras kencur (boreh baas cekuh), Boreh ini terbuat dari beras , kencur dan garam. Boreh ini pada umumnya dibuat oleh para ibu untuk melulur putra-putrinya yang terkena serangan masuk angin. Cara pembuatannya sangat sederhana pula yang mana bahannya direndam lalu diulek sampai hancur menjadi tepung dicampur air lalu dibalurkan atau di daerah perkampungan, pada umumnya para ibu dalam membuat boreh ini melakukannya dengan cara mengunyah campuran beras dan kenceur tersebut lalu memborehkannya. Karena tidak terlalu panas, boreh beras kencur ini sangat baik digunakan untuk anak-anak dan balita.

Menurut peramu boreh Usada Bali Taru Pramana Pada umumnya bahan-bahan racikan  Boreh yang memiliki efek hangat antara lain:

100 gr Beras (bisa menggunakan beras putih atau beras merah)

100 gr kencur

100 gr Jahe

5 gr Kunyit

100 gr Cengkeh

5 Pieces Pala

1 sdt Lada hitam

50 gr Kayu Manis

100 gr Kapulaga

50 gr ketumbar

1 sdt Garam

1/2 butir Kelapa yang dipanggang.

Cara Membuat

1. Campurkan semua bahan boreh satu persatu ke dalam cobek (ulekan dari bahan poslin, gerabah atau batu) .

2. Ulek semua bahan menjadi satu sampai halus dan menjadi bubuk.

3. Untuk mempermudah pekerjaan dan mendapatkan hasil yg maksimal gunakan alat modern berupa mesin penggiling (blender), atau cara lain dengan cara ditumbuk dengan alat tradisional berupa lesung. Semua bahan dicampur dijadikan satu lalu diolah sampai halus menjadi adonan yang halus.

Cara Pemakaian

1. Tuang boreh secukupnya dan campurkan dengan air cuka, air arak atau pencair lainnya

2. Sebelum boreh digunakan ,sebaiknya  dilakukan pemijatan tubuh terlebih dahulu untuk membuat efek tubuh lebih rileks, balurkan boreh pelan-pelan ke seluruh tubuh secara merata sambil pijat-pijat agar ramuan masuk kepori-pori kulit sehingga sensasi hangat mulai terasa.

3. Selama proses berlangsung, sensasi rasa hangat akan terasa di seluruh tubuh dan bisa membuat tubuh merasa nyaman dan sirkulasi darah menjadi lancar.

4. Jika hasilnya terlalu panas bisa ditambahkan beras bubuk lagi. Selama menggunakan Boreh hangat hindari bagian sensitif.

5. Bungkus tubuh dengan plastik dan kain untuk mendapatkan hasil yg maksimal, sekitar 30 menit,  setelah itu bisa dibilas dan mandi dengan air hangat.

Hampir semua rempah-rempah yang dipakai berfungsi menghangatkan dan menyehatkan badan. Jahe misalnya. Kalau di malam yang dingin kita minum jahe sudah pasti badan terasa hangat. Khasiat ini memang paling populer yang dimiliki oleh jahe. Pemberi rasa pedas pada jahe adalah zingerol. Tetapi masih banyak khasiat jahe lainnya seperti untuk menyembuhkan batuk kering dan radang tenggorokan serta sebagai tonikum. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan.

Selain jahe, Balinese boreh menyertakan beras sebagai bahan luluran. Beras bermanfaat sebagai ramuan yang dapat melembutkan kulit, membantu meluruhkan kotoran dan sel-sel kulit mati di permukaan kulit dan membantu mempercepat regenerasi sel-sel kulit. Sedangkan cengkeh memberi manfaat untuk menstimulasi peredaran darah, melegakan pernapasan, dan menghilangkan rasa mual.

Sedangkan lada, selain menghangatkan tubuh dan bersifat sedatif (menenangkan) dan karminatif, juga membantu mengatasi rasa tegang otot dan saraf. Dan merica hitam, selain bisa untuk mengurangi kelelahan dan nyeri otot, juga memberikan rasa hangat dan melancarkan peredaran darah serta bersifat karminatif.

Masyarakat Bali kerap menggunakan boreh usai seharian lelah bekerja. Menurut Nala (1994:216) bahwa pengobatan traditional belum ditemukan takaran atau komposisi bahan ramuan atau patokan dosis yang baku seperti pada pengobatan modern. Disebutkan tentang pantangan, efek samping atau kontra indikasi terhadap pengggunaannya. Namun ada disebutkan untuk ramuan obat dalam berupa loloh (jamu) biasanya takarannya berjumlah ganjil setiap bilangan menggunakan bilangan 1 (satu) sampai 7 (tujuh) dan bila dipakai untuk obat luar bilangan angkanya lebih besar namun masih jumlahnya ganjil. Hal ini disebutkan karena tergantung sekali dengan keleteg bayu (inspirasi, pilihan yang timbul ketika meramu ramuan atau melihat keadaan pasien) dari setiap Balian, hal ini sama seperti kita membuat atau mencampur sayuran atau lawar di Bali menghandalkan perasaan saja yang tidak pernah menggunakan takaran baku. Angka yang jumlahnya ganjil dikatakan angka itu memiliki kekuatan para Dewa, angka yang dibilang baik dan dapat menetral keadaan. Bila jumlahnya genap maka akan selalu terbagi atas dua kekuatan yang sama besar dan selalu bertarung sama kuat. Untuk penyelaran diperlukan penengah atau pihak ketiga sehingga damailah atau tercapai keharmonisan. Dengan takaran serba ganjil diharapkan obat tersebut memiliki kekuatan magis untuk menyelaraskan keadaan tubuh yang sedang tidak seimbang akibat adanya gangguan.

Hal ini untuk memperkuat khasihat ramuan, ditambah dengan kekuatan magis akibat adanya angka ganjil dan akan berlipat-lipat lagi bila ditambah kekuatan doa atau mantra. Hal yang sama disebutkan oleh informan I Gusti Ngurah Subrata  (wawancara 9 Maret 2014), juga sependapat dengan informan I Jero Dalang Wayan Lalar (Wawancara, 16 Maret 2014) bahwa ada hal penting yang diungkapkan untuk pembuatan obat tidak direbus dengan bara api namun direbus dengan mantra. Hal yang berhubungan disampaikan oleh informan I Jero Mangku Wayan Sukerta (wawancara, 14 maret 2014) bahwa kekuatan obat sada Bali yang berasal dari tanaman obat diperkuat dengan mantra dan pengurip mantra.

Daolam herbal Taru Pramana telah tersedia berupa boreh “Usada Bali Taru Pramana”. Silakan kunjungi linknya untuk lebih detail tentang produk jadinya!!!

Penulis

I Nyoman Sridana, S.Kes.H
Peramu Herbal Taru Pramana

0